Soekarno, The Untold Stories
Kehidupan seorang presiden tidak melulu harus selalu tegang, serius
dan sebagainya. Ada kalanya tingkah polah seorang Presiden pun mengundang decak
kagum semua orang. Berikut ini adalah beberapa peristiwa yang mungkin akan
mengundang decak kagum bagi kita semua.
Penantian Seorang Presiden
Ada
sebuah kejadian lucu yang pernah terjadi pada presiden kita, Soekarno. Saat
itu, Bung Karno sedang menuju kediaman seorang dokter gigi yang terletak di
Kotabaru, Yogyakarta. Saat itu, Bung Karno bersama dengan sopirnya Pak Arif,
beserta ajudan Pramurahardjo dan dikawal Sudiyo.
Sesampainya
Bung Karno di rumah dokter tersebut, Tiba-tiba Sudiyo minta izin pulang karena
perutnya sakit. Akhirnya, Bung Karno pun meminta Pak Arif untuk mengantar
Sudiyo ke istana dan membawa seorang pengawal pribadi yang sedang bertugas,
sebagai penggantinya.
Namun
ternyata ada kesalah pahaman, Bung Karno mengira bahwa pemeriksaan gigi akan
berlangsung lama. Tapi sayangnya, sebelum pak Arif sampai ke rumah dokter, Bung
Karno sudah pamit kepada tuan rumah. Akhirnya Bung Karno pun harus menunggu.
Setelah agak lama menanti sang supir bersama Sudiyo, akhirnya Sudiyo pun
datang. Bung Karno pun mendekati Sudiyo dan bertanya, “Kamu tadi sakit
perut?” Dan Sudiyo pun menjawab, “Ya,
Pak.” Kemudian, Bung Karno pun menambahi, “Lain kali, sebelum tugas, hendaknya kamu makan dulu.” Sambil
malu-malu Sudiyo kembali menjawab, “Ya, Pak.”
Soekarno Terseret Mobil
Peristiwa pertama terjadi ketika Bung Karno terseret pintu mobil di
serambi Istana Merdeka. Saat itu, mobil baru berhenti ketika seorang polisi
pengawal Bung Karno berteriak keras, “Stop, stop!”, Tentu saja saat itu
semua orang kaget melihat Bung Karno terseret mobil. Konon, kejadian tersebut
terjadi karena mobil buru-buru dimajukan sopirnya. Sejak peristiwa tersebut,
sopir Bung Karno selalu memilih untuk turun terlebih dahulu sebelum Bung Karno
turun dan ia baru akan naik ketika Bung Karno sudah naik dan duduk manis di
dalam mobil.
Jariku Sayang, Jariku Malang
Tahukah Anda
bahwa Bung Karno memiliki kebiasaan yang cukup aneh. Ceritanya begini, saat itu
kepala Bung Karno pernah terbentur pinggiran atas pintu mobilnya. Sejak saat
itu, pengawal Bung Karno selalu mengingatkan kepada Bung Karno dengan
mengatakan “Awas pintu, Pak.”
Kejadian
menggemaskan lainnya juga pernah terjadi ketika Bung Karno menjemput tamu besar
kenegaraan di lapangan terbang Kemayoran Jakarta. Saat itu Bung Karno datang
dengan mobil sedan terbuka. Ketika Sugandhi menutup pintu mobil dengan keras, maka
jari tangan Bung Karno pun terjepit pintu mobil hingga luka berdarah. Bung
Karno yang saat itu menahan rasa sakit hanya bisa tersenyum untuk menenangkan
tamu tersebut. Selanjutnya, Bung Karno pun tertawa sambil melambaikan tangannya
kepada rakyat yang juga ikut menjemput tamu tersebut.
Rokok Siapa Ini!
Sebuah
peristiwa lucu pernah terjadi ketika Bung Karno sedang memeriksa pos penjagaan.
Saat itu, Bung Karno menemukan sebuah puntung rokok. Bung Karno yang memang
sangat mengutamakan kebersihan, tentu saja jengkel melihat orang yang asal
buang putung rokok, maka Bung Karno pun segera mengumpulkan orang-orang yang
bertugas saat itu. Setelah semua petugas berkumpul, Bung Karno pun segera
bertanya,“Siapa di antara kamu yang suka merokok? Coba keluarkan, rokokmu merek
apa?”
Namun,
setelah semua petugas berkumpul dan mengeluarkan rokoknya, ternyata tak satu
pun dari rokok tersebut sama dengan merk puntung rokok yang dipegang oleh Bung
Karno. Kemudian Bung Karno pun segera membuang puntung rokok tersebut di asbak
sambil berkata bahwa agar semua tempat di istana selalu bersih. Jangan dikotori
dengan puntung rokok.
Letnan Soedarto dan Kandang Kuda
Seperti
biasanya, Bung Karno selalu menyempatkan dirinya untuk memeriksa lingkungan
istana dan sekitarnya. Tidak hanya area dalam istana, mushola dan taman, tapi
kandang kuda pun juga tak luput dari perhatian Bung Karno. Sebuah peristiwa
lucu pernah terjadi ketika Bung Karno sedang memeriksa kandang kuda. Pada waktu
itu, Bung Karno melakukan pemeriksaan ditemani oleh pengawal pribadinya dan
Kapten CPM Soedarto. Ketika melihat kondisi kandang kuda yang bersih, maka
Kapten Soedarto pun terkagum-kagum sambil berkata, “Wah, kandang kuda ini
lebih bagus dan lebih bersih dari rumahku.” Mendengar kata-kata itu, tentu
saja Bung Karno segera mendekati Kapten Soedarto sambil berkata, “Kalau
begitu, kamu tinggal saja di sini.” Tentu saja guyonan Bung Karno tadi
membuat orang-orang yang berada di tempat itu tertawa terbahak-bahak.
Sebuah Pesta yang Memalukan
Ada
sebuah peristiwa lucu yang terjadi ketika ada sebuah perhelatan akbar di Istana
negara. Saat itu seorang pejabat negara membisiki Bung Karno tentang sebuah
sapu tangan bagus yang terselip di saku jas Pak Jusuf Muda. Tentu saja Bung
Karno yang memang sangat tertarik dengan sapu tangan tersebut pun akhirnya
mendekati Pak Jusuf Muda. Perlahan-lahan Bung Karno pun menarik sapu tangan
tersebut. Tentu saja Pak Jusuf terperanjat melihat peristiwa itu. Ia berusaha
mencegah tindakan sang Presiden, namun sayangnya semua itu sudah terlambat.
Ketika
Bung Karno membuka sapu tangan tersebut, semua tamu yang ada di tempat itu
tersenyum. Karena ternyata sapu tangan itu adalah sebuah celana dalam untuk
boneka yang berukuran kecil, hehe.
Ketika Seorang Presiden Meminta Maaf
Sekuat-kuatnya seorang presiden, mereka masih manusia biasa yang
bisa lupa juga bisa bisa berbuat salah. Hal tersebut pun pernah terjadi pada
Bung Karno. Pada suatu hari, beliau pernah terlihat marah sekali. Kemudian,
Bung Karno mengumpulkan delapan orang pengawal lalu ditempeleng satu per satu. “Saya
mohon Bapak sabar dulu …,” kata Mangil, salah satu korban kemarahan. Namun,
belum sampai habis bicara, Bung Karno sudah membentak Mangil, “Diam!”
Anggota pengawal yang baru saja ditempeleng itu pun hanya bisa saling pandang
satu sama lain dan mereka semua pun tertawa kecil.
Setelah kembali ke istana, Bung Karno pun segera memanggil Mangil.
Tak lama kemudian, Mangil pun datang. Perlahan-lahan, Bung Karno pun berkata, “Mangil,
kau mau tidak memaafkan Bapak? Bapak meminta maaf kepada anak buahmu. Ternyata
Bapak berbuat salah kepada anak buahmu.”
“Tidak apa-apa, Pak,” Mangil
pun menjawab perkataan pak presiden. Usut punya usut, ternyata diketahui bahwa
Bung Karno telah menerima laporan yang salah dari orang lain mengenai salah
satu anak buah Mangil.